Rasulullah Saw bersabda, “Ahlulbaitku bagaikan bahtera Nabi Nuh, barangsiapa yang menaikinya mereka akan selamat dan barangsiapa yang tidak mengikutinya (meninggalkannya) maka mereka akan tenggelam.” (HR. Al-Hakim dalam Mustadrak Ash-Shahihain, juz 2 )
Rabu, 23 Februari 2011
MEREKA BILANG AKU DUNGU DAN SESAT, PERJALANAN MENYUSURI BERBAGAI FIRQOH MENUJU BAHTERA AHLUL BAIT NABI I
MEREKA BILANG AKU SESAT DAN DUNGU, KISAH PERJALANAN PANJANG MENYUSURI FIRQOH-FIRQOH ISLAM HINGGA MENUJU AHLUL BAIT NABI I
Oleh : Abu Sadra
Alhamdulillahirobbil `alaimien.
Assholatu wassalaamu `ala Rasulillah sayidil mursalin, Muhammadin wa alihil mutathohhiriena ajmain
Hari-hari begitu berat bagi saya, beberapa anggota keluarga dan sahabat mencaci saya sebagai sesat dan dungu. Sakit rasanya hati ini Ya Allah, tapi biarlah , inipun pernah Rasulullah alami dan rasakan , disebut sesat dan gila.”Assalaamu`alaika Ya Rasulullah, Ya Nabiyu Rahmah, Ya syafiil Ummat, Ya sayyidina Wa maulana , Inna tawajjahnya wasdtasyfa`na wa tawassalna bika ilallah, Ya wajihahan indallahi isyfa`lana indallah.
Saat ini air mata saya mengalir, teringat masa-masa saat saya mencari kebenaran sejati, memasuki firqoh demi firqoh Islam ahlusunnah, hingga akhirnya sayapun berlabuh ke Bahtera keluarga Rasululllah.Selanjutnya izinkan saya memaparkan kisah perjalanan keberagamaan saya yang kini dicaci sebagai “Bodoh dan Sesat”
Dari lahir hingga remaja
Di siang hari yang cerah usai hujan, 2 November 1976, di sebuah rumah sakit di kota Bandung saya dilahirkan dalam keluarga kecil yang insya Allah diberkati .Bona begitu panggilan kecil saya, terlahir sebagai anak pertama (Ya Rasulullah, syafaatilah ibu kami dan ayah kami),Karena alasan pekerjaan, ayahku berhijrah ke kota Jakarta, tidak lama kemudian ibukupun segera menyusul memboyongku ke Jakarta, kami menempati rumah kontrakan kecil di sebuah gang di ibu kota.
Sekitar tahun 1978 , nenekku di Bandung mengalami kesedihan yang mendalam akibat ditinggal anak bungsunya pulang ke hadirat Ilahi.Untuk mengobati kesedihan beliau, walaupun teramat berat , ayahku mengizinkanku untuk diboyong ke Bandung.Di rumah inilah aku dibesarkan dengan curahan kasih sayang dari Kakek, Nenek, uwak , dan kedua orang pamanku.Di kemudian hari aku diadopsi oleh Ibu begitu panggilanku padanya, tidak lain ia adalah kakak perempuan ibu kandungku yang tinggal serumah dengan nenekku.Selanjutnya saya memanggilnya dengan Ibu, pada ibu kandungku, aku biasa memanggilnya dengan sebutan mama, semoga mereka berdua dirahmati Allah.(Amin).
Aku bermain dan belajar seperti layaknya anak-anak yang lain yang hidup di pinggiran kota , hanya saja aku tidak diajarkan mengaji, bahkan setamat dari taman kanak-kanak, aku disekolakan di sekolah Katolik.Nenek, kakek, dan ibuku saat itu memang masih sekuler dan belum mementingkan pendidikan agama.Bahkan kakekku saat itupun masih sekuler dan menganut Kebatinan Sunda Wiwitan, walaupun beberapa tahun sebelum wafatnya beliau kembali ke pangkuan Islam dan sempat berhaji,.
Ada sebuah keindahan saat menyaksikan mamaku sholat.Mama yang saat itu sudah pindah ke Bandung bersama ayah , saat itu dikarunia dua orang anak laki-laki lagi, yang tidak lain adalah adik-adikku.Ada beberapa kali setiap minggunya mamaku mengunjungiku ke rumah nenek di daerah Cicadas Bandung.Aku terkesan saat melihat mamaku shalat, Berbeda dengan anak-anak yang lain yang harus dipaksa untuk shalat, saat itu malah aku yang meminta diajarkan shalat oleh mamaku.(Allahummagfirlii wali wali dayya warhamhumma kama rabbayani shogiiro), seingatku saat itu umurku masih 9-10 tahunan.
Saat memasuki usia SMP disamping musik dan beladiri, aku mulai menyenangi pelajaran –pelajaran keagamaan.Saat usiaku 12 tahun, aku memaksa nenek untuk mendatangkan seorang guru mengaji.Aku pun mulai belajar mengaji.Seiring dengan munculnya semangat keberagamaan di rumah nenekku yang diwarnai ajaran sunni syafii, saya pun mulai memasuki Islam dengan warna sunni syafii.SMP kelas dua selama satu bulan penuh aku masuk Pesantren Albasyariah, sebuah pesantren dengan tradisi sunni syafiinya yang kental.
Terpengaruh faham Wahabi
Memasuki kelas 3 SMP, aku mengikuti berbagai kegiatan kursus-kursus Islam, diantaranya adalah kuliatul mujahiddin Masjid Istiqomah Bandung.Disini aku mulai terpengaruh Islam dengan warna lain, wahabi. Disini aku mendapat doktrin bahwa segala yang tidak ada dalam hadist bila dilakukan adalah bid`ah yang menyesatkan.Maka aku mulai melihat keluargaku dalam kacamata yang lain, aku menganngap diriku benar dan mereka sesat, aku bahkan lupa bila merekalah yang menyayangiku selama ini.
Tidak beberapa lama kemudian nenekku yang tercinta wafat.Masih teringat dalam acara tahlilan yang diadakan keluargaku, aku muncul layaknya seorang Nabi, aku berteriak-teriak bahwa tahlilan adalah sesat.Kini aku sadar bahwa Nabipun ternyata tidak berakhlak seperti itu, ia selalu menyayangi ummatnya dan tidak pernah menyebut ummatnya yang salah sebagai sesat.Aku lupa dengan ayat “Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kalian mengangkat suara melebihi suara nabi (SAW) (Al Hujurat ;2)
Saya tidak tahu saat itu apa yang sedang terjadi, seorang mentorku tiba-tiba datang ke rumahku dan mengatakan agar aku jangan datang lagi ke Masjid Istiqomah, pangajian akan diadakan di rumahku dan berkeliling dari rumah ke rumah.Saat aku confirm pada teman-temanku lainnya , sebagian dari mereka bilang masih aktif dalam kegiatan kajian rutin di masjid tersebut.Saat itu aku bingung dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi.Belakang aku tahu dari beberapa seniorku yang saat ini telah sama-sama bergabung dalam bahtera ahlulbait, yang dulu pernah aktif sebagai pengurus di masjid tersebut, sebagaimana diceritakannya bahwa saat itu di dalam intern kepengurusan masjid tersebut sedang terjadi perpecahan menjadi 3 kelompok; kelompok Wahabi yang cenderung ke pemikiran Dewan Dakwah Islamiyah dan Persatuan Islam, Kelompok Wahabi yang cenderung ke Negara Islam Indonesia, Dan satu lagi adalah pemikiran Ikhwanul Musliminnya Hasan Albana.Aku ikut yang ketiga, mentorku mendoktrinku dengan doktrin-doktrin ikhwanul muslimin.Gerakan Ikhwanul Muslilin di Indonesia ini kemudian bermetamorfosism menjadi Partai Keadilan Sejahtera setelah era jatuhnya rezim Suharto.
Kang Darlis, mentorku saat itu yang kini sibuk sebagai anggota Dewan (Salam kang, inget Akbar ?) begitu bersemangat mengajariku tentang konsep-konsep perjuangan Islam yang disebarkan Hasan AlBana di Mesir.Begitu memasuki pembahasan tentang Ghazul Fikri atau perang pemikiran, ghirah Islamku muincul, ingin rasanya aku berteriak dan menghancurkan musuh-musuh Islam.Derngan senyumnya yang khas , Kang Darlis menyuruhku untuk bersabar dengan mengatakan bahwa Jihad itu ada waktunya, dan sekarang adalah waktunya tazkiyatunnafs, pembentukan pribadi-pribadi muslim, medan jihad saat ini adalah dakwah, begitu menurutnya.
Setamat SMP , tahun 1993, saya melanjutkan sekolah di salah satu sekolah Islam swasta di Bandung, lagi-lagi sekolah ini diwarnai doktrin Wahabi yang cukup kental.Saat itu aku berkenalan dengan Ustadz Dudi Muttaqien, beliau adalah guru agamaku di kelas sekaligus teman curhat dan sekaligus juga sahabat kuAku tahu beliau begitu menyayangiku bahkan hingga saat ini, beberapa tahun sebelumnya beliau sempat menelphoneku dan mempertanyakan kesyiahanku, alhamdulillah guruku tercinta ini memahami dan menghargai kesyiahaanku, semoga beliau mendapaat syafaat Nabi kelak diakherat.Beliau adalah seorang uztadz muda Persatuan Islam yang kemudian keluar dari organisasi itu, konon kabarnya beliau sekarang sudah sangat moderat dan menghargai berbagai perbedaan.
Sepulang sekola, Pak Dudi selalu mengajak kami ke rumahnya untuk berdiskusi tentang berbagai persoalan keagamaan.Bahkan pernah pula Pak Dudi mengajak kami untuk mengisi acara Kuliah Subuh di sebuah radio swasta di Antapani Bandung.Pernah suatu hari sepulang sekolah saat berdiskusi saya menanyakan kenapa terjadi perang sesama sahabat Nabi sepeninggal Rasulullah, jawab beliau,” Itu adalah kejadian masa lalu, janganlah kita mengungkit-ngungkitnya.Menurut pendapat para ulama, bahwa kedua pihak yang berperang saat itu sama-sama mendapat pahala.Phak yang benar mendapat dua pahala, sementara pihak yang salah mendapat hanya satu pahala.Walaupun sempat terfikir, bagaimana bisa orang yang salah mendapatkan pahala, saya berusaha menerima logika yang tidak masuk akal ini.
Deden Ibnu, begitu aku biasanya memanggilnya adalah seorang teman satu angkatanku yang sama-sama aktif di kegiatan DKM dan OSIS di sekolah kami.Ia lulusan Ngruki, Solo , sebuah Pesantren yang didirikan Abdullah Sungkar, seorang tokoh NII KW 7 yang cenderung ke pemikiran Wahabi-Salafi.Dari Deden ini, saya mendapat berbagai doktrin tentang keharusan bersyariat Islam dan berjuang menegakan syariat Islam di muka bumi.Tidak jarang aku sering meludah tatkala melihat seorang wanita yang tidak berjilbab, atau tiap kali aku melihat tentara (saat itu kuanggap antek-antek thogut) , aku merasa paling benar saat itu.
Sekitar 95 pula,Yayat, seorang teman mengajakku ke sebuah gang disekitar UNPAD Dipatiukur untuk minta dicopykan film "Arrisalah" yaitu film perjuangan Rasulullah dari awal hingga wafatnya. .Para mahasiswa berjanggut dengan celana ngatung hingga mata kaki terlihat, tampak sibuk berkumpul.Dengan berbisik saya bertanya pada mereka, " Ini harokah?" mereka bilang," kami manhaj Salafi".Saya pun sempat berinteraksi dengan mereka selama beberapa bulan.Perlahan saya pun menjauh dari halaqoh ini, karena ada beberapa yang tidak sependapat dengan mereka.
Sekitar tahun 1995 saat duduk di bangku kelas 3 SMU, saya yang meminati hal-hal berbau beladiri dan mistik memasuki sebuah klub penggemar beladiri dan mistikisme, White Kalam begitu nama klub tersebut.Berbagai kegiatan Dari mulai belajar tenaga dalam hingga bermeditasi saya ikuti, hingga suatu hari Ipey , begitu kami memanggilnya, pimpinan klub ini mengajakku untuk ikut kegiatan camping ke gunung Manglayang.
Saya kaget bukan kepalang , ternyata mereka adalah aktifis Negara Islam Indonesia, klub ini sengaja didirikan untuk menggiring kami memasuki NII.Mereka membuka ayat ini : “Barang siapa yang tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan maka ia kafir.” (QS Al Maidah : 44) menurut mereka, kami semua adalah kafir karena tidak berhukum pada hokum Allah, karena itu kami harus masuk ke dalam Negara Islam Indonesia, sebuah Negara yang mereka klaim sebagai Negara Hukum Ilahi .Dari 3 peserta camping, , dua diantaranya menyambut seruan Ipey dan Alex (salah seorang pendiri lainnya) .Saya dan depid menyambut seruan tersebut.kami siap dibaiat.
Selanjutnya Ipey dan Alex memperlihatkan ayat ini :
Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah [1397]. Tangan Allah di atas tangan mereka [1398], maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.(Q.S.48:10)
Menurut penafsiran mereka ayat ini menjelaskan tentang keridhoan Allah yang tercurah pada saat bai`at Ridwan, disaat kamu muslimin siap berjuang hingga titik darah penghabisanuntuk memperjuangkan Dinullah, karena itu kita pun harus dibai`at untuk mendapatkan untuk berjuang menegakkan agama Allah , dengan cara inilah kita akan mendapatkan keridhoan Allah,
Sepulang camping, saya dan Depid dengan tak sabar menunggu panggilan untuk dibaiat, tetapi hari demi hari ditunggu tak kunjung ada panggilan, padahal kami begitu merindukan Ridha Allah.Menurut Ipey, karena ada hal-hal bersifat tekhnis, saya diminta bersabar dan menunggu.Kamipun sempat kecewa.
Tiba-tiba aku jadi teringat seorang guru disekolah yang sempat bercerita bahwa Negara Islam Indonesianya Kartosuwiryo adalah benar-benar berjuang menegakkan Negara Islam .” jangan-jangan beliau juga orang NII” begitu fikirku saat itu.Tanpa menunggu lama, saya dan Depid berangkat ke sekolah , karena guru yang dimaksud ini ada jadwal mengajar SMP di yayasan tempat saya bersekolah.
Dari beliau, saya mendapat berbagai penjelasan seputar Islam yang Haq , yang membuat ghirah kami semakin membara, tapi lagi-lagi beliau menyuruh kami bersabar hingga kami selesai ujian.
Setamat ujian kami pun menunggu kabar dari dua pihak, dari Ipey atau pun guru kami, pokoknya kami bertekad untuk segera dibai`at.Tiba-tiba, telephone rumahku berdering.Ternyata Guruku yang menelphone”Siap besok sore dibai`at? “ katanya.
Agustus 1995 disebuah rumah di daerah Kopo Bandung, aku dibaiat bersama Depid.Depid pertama dipanggil masuk ke dalam kamar.Tidak lama giliranku yang dipanggil, seorang petugas menjabat tanganku dan memeberikan secarik kertas, kurang lebih begini bunyi bai`atnya :
Audzubillahi minassyaithonirrojim
Bismillahirahmanirrahim
Asyhadu anlaa ilaaha ilalloh wa asyhadu anna Muhammadun Rasulullah.
Saya yang bernama Akbar Kuspriadi dengan ini menyatakan akan selalu tunduk patuh dan setia pada Negara Islam Indonesia.Mulai hari ini seluruh hidup dan mati saya akan saya serahkan untuk menegakkan hukum Allah.
Allahu Akbar…Allahu Akbar…..Allahu Akbar
Tanpa terasa airmataku mengalir dipipi, usai baiat kami melakukan sujud syukur ke hadirat Ilahi, : "semoga engkau ridha Ya Allah” .aku teringat sabda Rasulullah ," Barangsiapa yang mati tanpa memiliki baiat, maka ia mati jahiliah." dan " Barangsiapa yang mati tanpa mengenal Imam zamannya, maka ia mati jahiliah." Saat ini aku sudah punya Imam dan aku sudah berbaiat Ya Ilahi..... "
Demikianlah, setamat SMU, 1995 aku resmi menjadi warga Negara Islam Indonesia,.Namun usai baiat kami tidak mendapat kabar apa-apa, hamper satu bulan lamanya kami menunggu, hingga suatu hari Kang Yudhi seniorku saat itu menelphoneku dan mengatakan bahwa kami ditunggu di suatu temnpat yang telah ditentukan, sebuah rumah di Cijerah bandung, disana telah menunggu beberapa orang mengelilingi sebuah papan tulis, mereka juga sama-sama tudak tahu akan mendapat perintah apa, karena begitulah tradisi di NII, kita harus taat tanpa banyak bertanya.
Tiba-tiba datanglah orang yang ditunggu-tunggu, coordinator kami pun tiba.Qur`an terjemahan pun dibagikan ubtuk tiap peserta beserta secarik kertas.”Ini pasti training atau ta`lim” begitu fikirku saat itu.Unstadz pun duduk, setelah mukadimah, kami disuruh membuka Surat Annas, Dal;am surat Annas Qur`an berfirman bahwa Allah itu sebagai Rabb, Malik dan Ilah, menurutnya Qur`an menerangkan tentang konsep Aqidah dalam Islam, yaitu : Qul a`udzu birabbinnas, maalikinnas, ilaahinnas. Darisinilah kemudian muncul trilogy tauhid yakni Aqidah rububuyah, Mulkiyah dan Uluhiyah. Selanjutnya diterangkan bahwa Tauhid Rububiyah ini artinya adalah keterikatan kita kepada Allah sebagai satu-satunya pemelihara, pengatur, pemberi rezeki dan diwujudkan dalam bentuk keterikatan pada hokum-hukum Allah (QS.42:10, 7:2-3, 6:114, 32:2,3,10:37, 12:40 , selanjutnya adalah aqidah mulkiyah yang artinya keterikatan kepada Allah sebagai satu-satunya Raja yang dibuktikan atau diwujudkan dengan mengikuti kerajaan Allah dibumi (QS 40:29/ 2:284).Selanjutnya adalah Aqidah Uluhiyah yang bermakna keterikatan atau ketundukan pada Allah sebagai satu-satunya yang di`ibadahi, wujudnya adalah de3ngan mentaati Negara Hukum Allah (QS.4:64, 4:80, 9:71, 120, 47:2,19, 47:33.) .lengkapnya lihat di http://www.scribd.com/doc/3777058/TAUHID
Tauhid yang mereka ajarkan berbeda dengan konsep tauhid sifat 20nya Asy`ari (yang dianut warga NU_) yaitu Wujud, qidam, baqa, dan seterusnya. Berbeda pula dengan ajaran ikhwanul muslimin, wahabi atau salafi yang berpendapat bahwa Tauhid itu adalah Tauhid Rububiyah, Uluhiyah, dan Asma wa sifat,Masing-masing mengakui paling benar, saya saat itu lebih memilih ikut tauhidnya NII karena mengambil dasar dari surat Annas. ( kesesatan tauhidnya salafi-wahabi http://www.scribd.com/doc/7648650/Kesesatan-Aqidah-Ruububiyah-Uluhiyah-Asmawa-Shifat-Wahaby-Salafy/ lihat juga kesesatan tauhidnya NII http://www.jumhur.web.id/index.php?option=com_content&view=article&id=61&Itemid=72/ sementara untuk kesesatan asy`ariyah bisa lihat di iklanz.com/news-tauhid-sifat-20-sunni-dan-tauhid-wahabi-sama-sama-penuh-kelemahan)
Usai kematerian, kami istirahat sejenak, waktu sudah menunjukan pukul 1 dinihari, Beberapa gelas kopi sudah kami habiskan, tiba-tiba seseorang dengan memakai jaket kulit masuk, akmi pun disuruh bersiap, untuk menerima kematerian selanjutnya .Kami m,endapat kematerian Sirah Nabawiah, perjuangan nabi untuk menegakan Dinul Islam.Menurut pemateri, perjuangan menegakkan Negara Islam harus mengikuti pola p[erjuangan Rasululloh, yaitu Amanu Hajaru dan Jahadu, Pola Amanu adalah perjuangan meneghakkan Islam dengan cara dakwah, menyebarluaskan pemahaman Islam yang haq, Hajaru adalah berpindahnya Rasulullah dan klaum muslimin dari Mekkah ke Madinah yaitu sebuah tempat dimana diberlakukannya hokum-hukum Allah.Kemudian jahadu yaitu dimana kaum muslimin bersama pemimpin mereka Rasulullah saat itu berjuang mempertahankan kedaulatan tanah Madinah sebagai Daulah Islamiyah hingga berakhir dengan futtuh Makkah yaitu ekpansi menguasa Makkah.Menurut mereka, itulah pola sunnah yang kita wajib mencontoh pola perjuangan model ini.
Diceritakan bahwa setelah rasulullah wafat, kaum muslimin sempat mengalami fatroh selama tiga hari, Daulah Islam tanpa pemimpin, Kaum muslimin kemudian berkumpul di Saqifahj Bani Sa`adah dan secara aklamasi diangkatlah Abu Bakar sebagai Khalifah (belakang kepalsuan ini terbongkar, bahwa peristiwa Saqifah bukanlah musyawarah seperti yang mereka bilang, tetapi perebutan jabatan khalifah, nanti kita akan buktikan melalui berbagai hadist yang ada).Selanjutnya dikisahkan bahwa setelah wafatnya Rasulullah ini, kepemimpinan Risalah beralih dari Lembaga kepemimpinan Nubuwah menjadi Lembaga kekhalifahan .
Saat forum Tanya jawab, kembali kutanyakan tentang peperangan yang terjadi antar sahabat paca wafatnya rasulullah, lagi-lagi jawaban sang ustadz tudak jauh berbeda dengan jawaban yang dilontarkan Pa Dudi , bahwa keduanya mendapat pahala, kedua fihak sama-sama mendapat pahala .Menurut ustdz bila posisi kita ada pada zaman itu, kita tinggal menggabungkan diri dengan barisan yang menang, karena pihak yang menang dan berkuasa itulah yang naik sebagai khalifah.Lagi-lagi doktrinm ini kupaksakan untuk kuterima, walaupun sebenarnya sulit untuk kufahami, bagaimana mungkin kedua fihak yang saling membunuh benar kedua-duanya.Hadist berikut ini mereka jadikan dalil untuk membenarkan peperangan antar kaum muslimin ,”Barangsiapa yang berijtihad maka baginya bila benar mendapatkan dua pahala, dan bila salah mendapatkan satu pahala.”Sempat terfikir olehku, bagaimana mungkin saling memerangi adalah ijtihad.Menurut akalku bila ada dua fihak yang berperang tidak mungklin kedua-duanya benar, mesti ada satu yang benar dan yang lainnya salah, atau kedua-duanya salah.Tapi biarlah, aku berusaha menerima logika tersebut.
Jam 8 pagi, saat itu masih ada kematerian lainnya, setelah istirahat dan sarapan pagi yang panitya telah siapkan.Saya harus bolos kuliah hari itu demi taat pada perintah pinpinan.Materi berikutnya adalah SPUI (Sejarah Perjuangan Ummat Islam Indonesia) .Pemateri menceritakan bahwa setelah runtuhnya kekhilafahan Usmani pada tahun 1924 , ummat Islam mengalami kekosongan kepemimpinan ( fatroh) .Kemudiaan dikisahkan bahwa Republik Indonesia yang telah merdeka pada tahun 1945 .Negara Islam Indonesia diproklamirkan di daerah yang ditinggalkan oleh TNI (Tentara Nasional Indonesia) ke Jogya. Berdasarkan perjanjian Renville daerah de-facto R.I. pada saat itu hanya terdiri dari Yogyakarta dan kurang lebih 7 Kabupaten saja disekitar Jogja,Maka pada saat tentara Belanda belum memasuki wilayah Pasundan, para wakil Ummat Isl;am di MIAI (Majelias Islam A`la Indonesia ) menuntut Sekarmaji Marijan kartosuwiryo untuk memprokamirkan berdirinya Negara islam.Pada tanggal 7 Agustus 1949
( BERSAMBUNG )
KATA SYIAH TERUCAP DARI MULUT SUCI NABI SAWW , Syiah dalam Hadis- hadist ahlusunnah
Oleh : Abu Sadra
Berbeda dengan kata "Ahlus Sunnah wa Al-Jama'ah", kata "Syiah" sudah ada dan digunakan dari zaman awal permulaan Islam era Muhammad bin Abdullah saww. Bakan alqur`anul karim pun menyematkan kata syiah padfa paara pengikut Ibrahim yang setia, berbeda dengan kata sunnah yang tidak disebutkan dalam alqur`an , perhatikan ayat berikut ini : Di dalam Al-Quran misalnya, dalam surah Ash-Shaffat ayat 83: "Dan sungguh, salah satu syiah (pengikut) nya adalah Ibrahim". Begitu pula yang disebutkan dalam surah Al-Qashash ayat 15: "...yang seorang dari syiah (pengikut/golongan) nya dan seorang lagi dari musuhnya (kaum Fir'aun)."
Namun karena fokus dari tulisan ini adalah keterangan Nabi SAW dalam hadis-hadist ahlusunnah,Berikut ini adalah hadis-hadis yang menerangkan tentang awal "sebutan" Syiah.
Hadis senada juga terdapat dalam kitab Tadzkirah Khawwash Al-Ummah karya Sabath ibn Al-Jawzi, hlm. 56, yang sanadnya berasal dari Abu Sa'id Al-Khudri: " Nabi SAW memandang kepada Ali ibn Abi Thalib, lalu bersabda, 'Orang ini dan para pengikut (syiah) nya adalah orang-orang yang mendapat kemenangan pada hari kiamat'."
Abu Mu'ayyid ibn Ahmad Al-Khawarizmi dalam Al-Manaqib, pasal 9, hadis no. 10 dari Jabir ibn Abdallah Al-Anshari: Kami bersama Nabi SAW, kemudian datang Ali ibn Abi Thalib. Beliau bersabda, "Telah datang saudaraku kepada kalian". Kemudian beliau memukulkan tangannya. Beliau bersabda, "Demi yang diriku dalam kekuasaan-Nya, orang ini dan syiahnya adalah orang-orang yang beroleh kemenangan pada hari kiamat. Kemudian, ia adalah orang yang pertama yang beriman di antara kalian, yang paling setia menepati janji Allah, yang paling keras menegakkan perintah Allah, yang paling adil dalam memimpin, yang paling adil dalam membagi, dan yang paling agung keutamaannya di sisi Allah." Perawi menambahkan kemudian turun ayat: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk (khayrulbariyyah)... Selanjutnya perawi berkata: Apabila Ali datang, para sahabat Muhammad SAW berkata, "Telah datang khayrulbariyyah." Allamah Al-Kanji Asy-Syafi'i meriwayatkan dalam kitabnya Kifayah Ath-Thalib bab 62 dengan sanad dari Jabir ibn Abdallah Al-Anshari.
Nabi SAW bersabda kepada Ali, "Engkau dan syiahmu berada di surga." (Tarikh Baghdad, juz 2, hlm. 289)
Rasulallah SAW bersabda, "Wahai Ali, engkau dan syiahmu kembali kepadaku di Al-Haudh dengan rasa puas dan wajah yang putih. Sedangkan musuh-musuh mereka kembali ke Al-Haudh dalam kehausan." (Ibnu Hajar, Ash-Shawaiq Al-Muhriqah, hlm. 66, cet. Al-Maimanah (Mesir); Allamah Shalih At-Turmudzi, Al-Manaqib Al-Murtadhawiyah, hlm. 101, cet. Bombay)
Nabi SAW bersabda kepada Ali, "...dan syiahmu berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dengan wajah putih di sekelilingku. Aku memberikan syafaat kepada mereka. Maka mereka kelak di surga bertetangga denganku." (Al-Kanji Asy-Syafi'i, Kifayah Ath-Thalib, hlm. 135; Manaqib Ibnu Maghazali, hlm. 238)
Dari 'Ashim ibn Dhumrah dari Ali AS: Rasulallah SAW bersabda, "Ada sebuah pohon yang aku adalah pangkalnya, Ali adalah cabangnya, Al-Hasan dan Al-Husain adalah buahnya, dan syiah adalah daun-daunya. Tidak keluar sesuatu yang baik kecuali dari yang baik." (Al-Kanji Asy-Syafi'i, Kifayah Ath-Thalib, hlm. 98)
Diriwayatkan dari Nabi SAW: "Janganlah kalian merendahkan syiah Ali, karena masing-masing dari mereka diberi syafaat seperti untuk Rabi'ah dan Mudhar." (Al-Hakim, Al-Mustadrak 3/160; Ibnu Asakir, Tarikh 4/318; Muhibbuddin, Ar-Riyadh An-Nadhrah 2/253; Ibnu Ash-Shabagh Al-Maliki, Al-Fushul Al-Muhimmah 11; Ash-Shafuri, Nazhah Al-Majalis 2/222; Allamah Al-Hindi, Intiha' Al-Afham, hlm. 19, cet. Lucknow; Al-Qunduzi Al-Hanafi, Yanabi Al-Mawaddah, hlm. 257, cet. Istanbul)
Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri: Nabi SAW memandang kepada Ali ibn Abi Thalib dan bersabda, "Orang ini dan syiahnya adalah orang-orang yang mendapat kemenangan pada hari kiamat." (Sabath ibn Al-Jawzi, Tadzkirah Al-Khawwash, hlm. 59, cet. Aljir)
Diriwayatkan dari Anas ibn Malik: Rasulallah SAW bersabda, "Syiah Ali adalah orang-orang yang memperoleh kemenangan." (Ad-Dailami, Firdaws Al-Akhbar; Allamah Al-Mannawi, Kunuz Al-Haqa'iq, hlm. 88, cet. Bulaq; Al-Qunduzi Al-Hanafi, Yanabi Al-Mawaddah, hlm. 180, cet. Istanbul; Allamah Al-Hindi, Intiha Al-Afham, hlm. 222, cet. Nul Kesywar)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas: Rasulallah SAW bersabda, "Ali dan syiahnya adalah orang-orang yang memperoleh kemenangan pada hari kiamat." (Allamah Al-Kasyafi At-Turmudzi, Al-Manaqib Al-Murtadhawiyah, hlm. 113, cet. Bombay; Al-Qunduzi Al-Hanafi, Yanabi Al-Mawaddah, hlm. 257; Allamah Al-Hindi, Intiha Al-Afham, hlm. 19)
Rasulallah SAW bersabda kepada Ali, "Engkau dan syiahmu kembali kepadaku di Al-Haudh dalam keadaan puas." (As-Suyuthi, Ad-Durr Al-Mantsur 6/379, cet. Mesir; Al-Qunduzi, Yanabi Al-Mawaddah, hlm. 182)
Rasulallah SAW bersabda, "Wahai Ali, empat orang pertama yang masuk surga adalah aku, engkau, Al-Hasan, dan Al-Husain. Keturunan kita menyusul di belakang kita. Istri-istri kita menyusul di belakang keturunan kita, dan syiah kita di kanan dan kiri kita." (Tarikh Ibn Asakir, 4/318; Ibnu Hajar, Ash-Shawaiq, hlm. 96; Tadzkirah Al-Khawwash, hlm. 31; Majma Az-Zawa'id 9/131)
Diriwayatkan dari Asy-Sya'bi dari Ali AS: Rasulallah SAW bersabda, "Engkau dan syiahmu berada di surga." (Tarikh Baghdad, 12/289, cet. As-Sa'adah (Mesir); Akhthab Khawarizmi, Al-Manaqib, hlm. 67)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah: Rasulallah SAW bersabda kepada Ali, "Engkau bersamaku dan syiahmu di surga." (Majma Az-Zawa'id, 9/173)
Anas meriwayatkan dari Nabi SAW: Beliau bersabda, "Jibril mengabarkan kepadaku dari Allah SWT bahwa Allah mencintai Ali dengan kecintaan yang tidak diberikan kepada malaikat, para nabi, dan para rasul. Tidak ada tasbih yang ditujukan kepada Allah, melainkan darinya Dia menciptakan satu malaikat yang memohonkan ampunan bagi orang yang mencintainya dan syiahnya hingga hari kiamat." (Allamah Al-Kasyafi At-Turmudzi, Al-Manaqib Al-Murtadhawiyah, hlm. 116, cet. Bombay; Allamah Al-Qunduzi Al-Hanafi, Yanabi Al-Mawaddah, hlm. 256, cet. Istanbul tetapi tanpat kalimat "para nabi dan para rasul".)
Dan seterusnya dan seterusnya
Ayat-ayat yang turun berkenaan dengan SYIAH `ALI
Al-Hafizh Abu Na'im adalah seorang ulama Ahlus Sunnah yang disebutkan oleh para ulama bahwa ia adalah seorang "mahkota hadis" dan "guru para hadis tsiqqat/terpercaya." Beliau dalam kitabnya Hilyah Al-Awliya' dengan sanad dari Ibn Abbas: Ketika turun ayat yang mulia: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk" (QS. Al-Bayyinah 7), Rasulullah SAW bersabda kepada Ali ibn Abi Thalib, "Wahai Ali, itu adalah engkau dan pengikut (syiah) mu. Engkau dan syiahmu akan datang pada hari kiamat dalam keadaan ridha dan diridhai." Hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Abu Mu'ayyid ibn Ahmad Al-Khawarizmi dalam kitabnya Al-Manaqib pasal 17 tentang turunnya ayat tersebut.juga tercantum dalam, Ruhul ma`aninya Alusi , As-Suyuthi pun mrnyebutkan dalam Ad-Durr Al-Mantsurnya 6/379, dan beberapa kitab tafsir ahlusunnah lainnya.
Ketika Wahhabi Berdakwah tentang Syiah
( dari situs tetangga )
Situs Al-Quran yang beralamat di http://quran.al-islam.com dan di tangani oleh pemerintah Arab Saudi yang bermazhab Wahhabi, ikut tabligh menyebarkan ajaran Syiah.
Entah disadari atau tidak oleh Wahhabi, dalam situs tersebut, terdapat tafsir surah Al-Bayyinah ayat 7, yang menafsirkan bahwa sebaik-baik manusia adalah Ali AS dan pengikutnya.
Tafsir ini seperti yang terdapat dalam situs itu merujuk pada tafsir Ath-Thabari. Dikatakannya bahwa, إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ ,أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ ِ “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk”.
أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ Mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Siapakah yang sebaik-baik makhluk itu? Dalam tafsir Ath-Tabari yang diriwayatkan dari Ibnu Hamid mengatakan bahwa, Isa bin Farqad dari Abil Jarud dari Muhammadi bin Ali, Rasulullah mengatakan أنت يا علي وشيعتك : “Engkau, wahai Ali, dan Syiahmu (pengikutmu-red).”
Pada saat yang sama pembuatan situs Al-Quran yang ditangani oleh kerajaan Saudi itu bertujuan untuk menyebarkan mazhab Wahhabi. Silakan klik link berikut ini: http://quran.al-islam.com/Tafseer/DispTafsser.asp?l=arb&taf=TABARY&nType=1&nSora=98&nAya=7
Bantahan , dan jawaban
Seperti biasanya, para pengikut madzhab sahabat yang fanatik yang telah tertutup matahati dan fikirannyanya akan berkata ," Memang benar hadist itu sahih, tapi hadist itu hanya berlaku bagi Syiahnya Ali , bukan syiah yang sekarang." Saya yakin saudara-saudara pembaca bukanlah orang-orang yang tertutup mata hati dan fikirannya oleh kefanatikan, untuk itu kami akan menjawab segala bantahan mereka.
Bahwa satu-satunya kelompok yang menyatakan dirinya mengikut Ali adalah syiah yang ada saat ini, tidak ada lagi kelompopk Islam lainnya yang menisbatkan diri mereka sebagai pengikut Ali, bila orang-orang buta mata hati dan fikirannya menanyakan kembali "Syiah yang mana ? Ismailiyah pun syiah? " maka silakan anda bertanya pada kelompo0k-kelompok lain yang saudara sebutkan, misalnya Ismailiyah, mereka tidak mau menyebut diri mereka sebagai Syiah.Saat Haji Ade , seorang teman sedang beribadah Haji, dia melihat seseorang Turki di depan Ka`bah sedang melakukan shalat yang menggunakan fiqih yang mirip dengan tatacara shalatnya orang syiah, saat ditanya orang Turki ini menjawab ," I`m Ismaili , i`m not syiah" ( saya seorang Ismaili , saya bukan syiah).
Sebenarnya serangan balik mereka , "Memang benar hadist itu sahih, tapi hadist itu hanya berlaku bagi Syiahnya Ali "tanpa mereka sadari berisi pengakuan tentang kebenaran bahwa kata syiah memang ada dalam kitab-kitab hadist mereka, saat mereka "berusaha " membantahnya , mereka lupa, bahwa dengan bantahan tersebut mereka mengakui pula bahwa kelompok Mu`awiyah adalah musuh-musuh syiah yang juga merupakan musuh kebenaran dan musuh Rasulullah saww yang kehausan karena tidak akan diberi minuman di telaga haudh, mereka lupa bahwa serangan balik mereka judteru membbenarkan hujjah kita bahwa kelompok Ali adalah kelompok yang memperoleh kemenangan , maka kelompok musuh-musuh mereka, seperti muawiyah adalah kelompok yang tidak mendapatkan kemenangan di akherat."Mari kiita perhatikan kembali teks-teks hadist-hadist tersebut .
Bila mereka kembali bertanya," Syiah sekarang apakah sama dengan Syiah Ali" .saya akan jawab "Insya Allah kita akan uji, kita akan bahas satu demi satu, tapi semuanya bermula dari pembahasan-pembahasan pokok-pokok ajarannya dahulu, bila persoalan ini selesai, baru kita masuki pembahasan seputar hal-hal furu` atau cabang-cabangnya.maka kita lanjutkan pengkajian ini dengan terus berdoa : Semoga Allah memimpin kita ke jalan yang lurus " .
Abu Shadra
atau Ki Akbar, penulis buku Biarkan Tubuh Anda yang Menyembuhkan
SUATU HARI DI BUKIT GHADIR, BERBAGAI FAKTA TENTANG ESTAFETA KEPEMIMPINAN UMMAT DARI MUHAMMAD PADA ALI
Ditulis oleh : Abu Shadra
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim (penentu keputusan ) terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. “ (Q.S 4 :65 )
“Apa yang diberikan Rasul kepada kalian maka terimalah dan apa yang dilarangnya pada kalian maka tinggalkan.” (Al-Hasyr: 7).
Saat ini, buku-buku yang membahas peristiwa ghadir khum tersebut ada di hadapan saya, dan saya susun artikel ini dengan tujuan mengajak para pembaca sekalian untuk meneliti kebenaran peristiwa tersebut dengan menghilangkan terlebih dahulu berbagai hijab yang membelenggu fikiran kita, kita akan menjadi hakim dari berbagai berita seputar peristiwa tersebut hingga jelas yang benar, dan jelas pula yang salah di hadapan mahkamah akal dan hati nurani kita masing-masing.Kuncinya adalah objektifitas dan kejujuran hati kita.
Dari sudut pandang syiah, hadist-hadist seputar peristiwa Ghadir Khum yang menceritakan tentang mandat Rasululah pada Ali untuk melanjutkan kepemimpinan ummat adalah sangat mutawatir, Sebut saja Syekh Saduq , Syekh Thusi, dan para muhadist Syiah lainnya meriwayatkan peristiwa tersebut dari berbagai rantai periwayatan yang hingga mencapai ratusan hadist ,bahkan ribuan kesaksian yang saling menguatkan satu sama lain.Berbeda dengan saudara-saudara di kalangan ahusunnah, hadist-hadist seputar peristiwa ini cenderung seperti ditutup tutupi, sudah menjadi rahasia umum bahwa intervensi penguasa pada saat perkembangan mazhab tersebut sangat kentara.Kita semua sama-sama tahu, bahwa para ulama-ulama dikalangan ahlusunnah yang konsisten dan tidak sefaham dengan penguasa banyak yang ditangkap, disiksa, bahkan dieksekusi para penguasa saat itu, sebut saja Imam Hanafi, Imam Syafii, Ibnu hazm, dan banyak nama lainnya yang barangkali perlu tulisan tersendiri untuk membahasnya.
Dalam membahas peristiwa Ghadir Khum ini , kami akan berusaha mengemukakan hadist-hadist dari kalangan saudara kami ahlussunnah, karena sebagaimana yang saya alami dulu saat masih menjadi pengikut ahlussunnah, hadist-hadist syiah tidak berarti apa-apa bagi saya saat itu.Sama seperti bila kita berhujjah dengan kaum agama lain misalnya, mana mau mereka menerima hujjah kecuali dari kitab mereka sendiri.banyak pula diantara mereka yang walaupun telah dipaparkan dengan berbagai argumentasi tak terbantahkan darikitab mereka sendiri yang masih keras kepala, menutup hatinya rapat-rapat dari kebenaran, mudah-mudahan para pembaca disini tidak termasuk yang demikian, insya Allah Amin.
Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Alqur`an ,” mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan ucapan-uacapan mereka, namun Allah berkehendak menyempurnakan cahayaNya walaupun orang-orang musyrik itu benci.”walaupun ada upaya-upaya sistematis dari para penguasa pada masa lalu untuk menutup-nutupi fakta penting sejarah ini, berbagai hadist seputar peristiwa tersebut, dan puluhan hadist lainnya yang saling menguatkan satu sama lainnya dan berbagai riwayat yang seolah “tanpa sengaja” membenarkan peristiwa tersbut bertebaran disana-sini, berikut kami akan paparkan hadist-hadist tersebut :
Dari Zaid bin Arqam, ia berkata ‘” Rasululah saw telah berpidato di suatu tempat bernama Ghadir Khum, di bawah beberapa batang pohon. Beliau berkata,” Wahai manusia , hampir tiba saatnya aku akan dipanggil kembai.Dan aku pasti akan memenuhi panggilan tersebut.dan aku akan dimintai pertanggung jawaban . Dan kamupun akan dimintai pertanggungjawaban .maka apa yang akan kamu katakan ? Mereka menjawab,” Kami bersaksi bahwa engkau menyampaikannya, telah berjuang serta memimpin kami setulus-tulusnya.semoga Allah memberi balasan yang sebaik-baiknya.” Lalu rasul melanjutkan,” Bukankah kalian bersaksi tentang La Ilaaha ilallah Muhammadurasuulullah , dan bahwa surga haqq, kebangkitan itu haqq,dan bahwa hari qiyamat itu benar , tiada keraguan tentangnya dan bahwa Alah akan membangkitkan kembali semua yang ada di liang kubur? “ jawab mereka,” Ya Alah saksikanlah.”Selanjutnya rasul melanjutkan,” wahai manusia, sungguh Allah adalah maulaku, dan aku adalah maula seluruh kaum muslimin,dan aku lebih berhak menjadi wali mereka lebih dari diri mereka sendiri.Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maulanya, maka dia ini ( beliau menunjuk Ali) adaah maulanya juga. Ya Allah cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya.” Kemudian beiau melanjutkan lagi,” Wahai manusia , bahwa aku akan mendahului kalian, dan kelak kalian akan menghadap aku di telaga Haudh.Hudh lebih luas daripada Bushra ke Shan`a, disana tersedia gelas-gelas perak sebanyak bintang dilangit.dan aku saat itu akan bertanya pada kalian tentang Tsaqolain ( dua pusaka) bagaimana kalian memperlakukannya sepeninggalanku.Astaqol yang teragung adalah Kitabullah , ujung yang satunya di “tangan” Allah, yang satu lagi di tangan kalian.maka berpeganglah erat padanya, niscaya kalian tidak akan sesat, tidak berubah arah.Yang kedua adalah itrahku (kturunanku) ahul baitku , sebab Allah Meliputi dan Mengetahui telah memberitahukan bahwa keduanya tidak akan putus sampai menemui aku di Haudh.” ( HR Thabrani, Ibnu Jarir, Al Hakim, Tirmidzi dari Zaid bin Arqom. Tentang hadist tersebut, bahkan Ibnu Hajar yang sangat membenci Syiah dalam halaman 25 Kitab Sawa`iqnya mengutip hadist tersebut dari Thabrani dan membenarkan hadist tersebut tanpa keraguan.
Selanjutnya al Hakim dalam Mustadraknya bab Manaqib Ali meriwayatkan hadist serupa Dari Zaid bin Arqam, dari dua saluran yang disahihkan sesuai dengan yang disyarat kan Bukhari dan Muslim, juga diriwayatkan pula oleh adz Dzahabi dalam kitabnya at Talkhis , seraya mengakui kesahihannya; Zaid bin Arqam berkata ‘” Ketika rasulullah pulang dari Haji Wada` dan teah sampai suatu tempat bernama Ghadir Khum, beliau memerintahkan beberapa pengiut untuk memasang kemah, di bawah beberapa batang pohon. Beliau berkata,” Seakan akan aku dipanggil Tuhanku dan aku akan memenuhi panggilan tersebut. Dan aku amanatkan pada kalian Ast Tsaqolain ( dua pusaka) yang teragung adalah Kitabullah , yang kedua adalah itrahku (kturunanku) ahlul baitku , sebab Allah Meliputi dan Mengetahui telah memberitahukan bahwa keduanya tidak akan berpisah sampai menemui aku di Haudh.”.lalu beliau memegang tangan Ali sambi berkata ,”Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maulanya, maka dia ini ( beliau menunjuk Ali) adaah maulanya juga. Ya Allah cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya.”
Dan diriwayatkan pula peristiwa tersebut oleh Imam Ahmad dalam Musnad Ahmad jilid IV meriwayatkan hadist serupa melalui Zaid bin Arqam ,katanya ‘” Kami berhenti di suatu lembah bernama Ghadir Khum, beliau memerintahkan untuk mendirikan shalat, lalu beliau sholat pada waktu hari sudah siang terik, Beliau berpidato dihadapan kami, sehelai kain kain direntangkan di atas sebatang pohon untuk melindungi tubuh beliau dari sengatan matahari, Lalu beliau berkata,” wahai manusia, apakah kalian bersaksi bahwa aku adalah maula seluruh kaum muslimin,dan aku lebih berhak menjadi wali mereka lebih dari diri mereka sendiri.” Yang hadir menjawab,” benar ya rasulullah.” Beliau melanjutkan ,” Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maulanya, maka Ali adalah maulanya juga. Ya Allah cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya.”
Selanjutnya An Nasa`I meriwayatkan pula Dari Zaid bin Arqam, katanya ‘” Ketika rasulullah pulang dari Haji Wada` dan berhenti di Ghadir Khum, beliau memerintahkan beberapa pengiut untuk memasang kemah. Beliau berkata,” Seakan akan aku dipanggil Tuhanku dan aku akan memenuhi panggilan tersebut. Dan aku amanatkan pada kalian Ast Tsaqolain ( dua pusaka) yang salah satunya lebih besar dari yang lain, Kitabullah , dan itrahku ahlul baitku , keduanya tidak akan putus sampai menemui aku di Haudh.” Lalu beliau melanjutkan,” ,” Sesungguhnya aku adalah maula seluruh kaum mu`min ,lalu Rasul mengangkat tangan Ali sambi berkata,” Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maulanya, maka Ali adalah maulanya juga. Ya Allah cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya.”hadist tersbut juga diriwayatkan juga oleh Muslim pada sahihnya dalam bab keutamaan Ali dari beberapa saluran dari Zaid bin Arqam, tapi hadist tersebut dipotong ringkas, begitulah yang biasa mereka lakukan.
Dari al Barra` bin Azzib melalui dua saluran , ia berkata ‘” Kami bersama-sama Rasulullah berhenti di Ghadir Khum, maka diserukanlah untuk mendirikan shalat, lalu dibersihkanlah tempat bagi rasul dibawah dua batang pohon, lalu beliau sholat Dzuhur,Setelah itu Beliau mengangkat tangan Ali sambil berkata,” wahai manusia, apakah aku lebih berhak menjadi wali orang-orang mu`min lebih dari diri mereka sendiri.” Mereka menjawab ,” benar ya rasululah.” Sambil mengangkat tangan Ali rasul berkata,” Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maulanya, maka Ali adalah maulanya juga. Ya Allah cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya.” Seteah itu Umar datang menemui Al dan berkata,” Alangkah bahagianya anda wahai Ali binAbi Thalib, kini engkau menjadi maula seluruh mu`min dan mu`minah ( Musnad Ahmad , jilid IV halaman 281 ).
Dan telah diriwayatan oleh anNasa`ai dari Aisyah binti Sa`ad, katanya ,” Kudengar ayahku berkata : “ Aku mendengar Rasulullah ketika berada di Juhfah berkata setelah memuji Allah,” ,” wahai manusia, aku adalah wali kalian ?.” Mereka menjawab ,” benar ya rasululah.”Lalu beliau mengangkat lengan Ali seraya berkata,” Inilah waliku yang akan melunasi hutangku , bertindak atas namaku.dan aku bersama siapa yang memperwalikannya dan aku musuhi siapa yang memusuhinya.” ( Al Khashaishul Alawiyah bab keddudukan Ali halaman 4 dan halaman 25
Dari Sa`ad ,” ‘” Kami bersama-sama Rasulullah di Ghadir Khum, beliau berhenti sambil menunggu kedatangan rombongan rombngan yang dibelakangnya , dan memerintahkan agar orang-orang yang telah mendahuluinya agar kembali dan berkumpul semuanya,Setelah semuanya bergabung Beliau berkata,” wahai manusia, siapakan waliMu ” Mereka menjawab ,” Allah dan RasulNya.” Sambil mengangkat tangan Ali dan menyuruh Ali berdiri rasul berkata,” Barangsiapa yang menjadikan Allah dan RasulNya sebagai walinya, maka Ali adalah walinya juga. Ya Allah cintailah siapa yang berwilayah padanya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya.” ( Al Khashaishul Alawiyah bab kedudukan Ali halaman 25 ).
Bukti-bukti lain dari berbagai riwayat ahlusunnah yang menunjukan bahwa peristiwa GhadirKhum benar-benar ada
Seperti telah saya katakan sebelumnya bahwa dalam kitab-kitab hadist syiah , hadist-hadist tentang peristiwa ini banyak berserakan dari berbagai jalur rantai periwayat.Tetapi Dalam ahlusunnah, hadis-hadist seputar peristiwa ghadir khum memang tidak sebanyak dalam riwayat Syiah.para penulis hadist sunni seperti berusaha menyembunyikan dan menutupnya rapat-rapat, berbeda dengan hadist "berpegang pada Kitabullah dan Sunah nabi" , walaupun tidak mencapai derajat mutawatitr bahkan tidak terdapat dalam Bukhari Muslim yang sering mereka anggap sebagai kitab hadist paling sahih,pegangan kedua setelah Kitabullah, mereka para ulama ahlusunnah menyebarluaskan hadis yang kurang kuat tersebut, tetapi untuk hadis ghadir khum, mereka seperti menutup, menyembunyikan, dan menjauhkannya bagi ummat sebagai sebuah cerita masa lalu yang tidak begitu penting.
Tetapi, kekuatan apa pun yang berusaha menyembunyikan kebenaran, dan serapi apa pun, cahaya kebenaran tetap tidak dapat dipadamkan.Seperti upaya menghapus kabar-kabar nubuwwah tentang kenabian Muhammad dari kitab-kitab agama-agama samawi didunia, toh akhirnya terkuak juga bahwa nubuwah yang berisi informasi tersebut masih tersimpan rapi dalam kitab mereka walau dalam bentuk metafora sekalipun.
Walaupun hadist-hadist seputar suksesi penting tersebut terkesan disembunyikan, berbagai kesaksian-kesaksian atau pembenaran-pembenaran lainnya tentang peristiwa tersebut bertebaran pula dalam berbagai kitab hadist Ahlussunnah, sebagai bangunan argumentasi yang kokoh, berbagai fakta satu sama lain saling menguatkan, ibarat sebuah bangunan yang kokoh tak bergeming. Saking banyaknya rantai periwayatan yang menguatkan peristiwa tersebut , Ustadz Hasan salah seorang mantan pengikut Wahabi bahkan menyatakan beberapa saat ektika dahulu sebelum tasyayunya," Hadist tentang doa iftitah saja yang berbunyi " Allahumma ba'id baini wa baina khotoya…., atau hadist doa attahiyat yang berbunyi," attahiyatu mubarokatu" dst….saja periwayatnya tidak sebanyak ini, tapi disahihkan bahkan diamalkan oleh kaum Wahabi yang terkenal sangat berhati-hati terhadap hadist, apalagi hadist ghadir khum yang lebih dari sekedar mutawatir, dari kitab yang saya punya saja ada riwayat dan kesaksian-kesaksian para sahabat sebanyak 34 pahlawan badar yang menyaksikan peristiwa tersebut, sementara yang menyaksikan Nabi membaca doa iftitah atau membaca attahiyat sebagaimana tadi saya sebutkan saja tidak lebih dari dua orang. Jadi, mengapa kita meninggalkan dan tidak mengamalkan wasiat Nabi tersebut?"
Kemutawatiran hadist Ghadir Khum
kemutawatiran hadist-hadist yang menceritakan peristiwa ini diakui oleh Jalaluddin Assuyuthi, silakan rujuk Alfaraid dan Al azharnya Imam Suyuthi, Ibnu Katsir pun mengakui pula keabsahan riwayat ghadir khum ini.Disamping itu ada 14 ulama dan muhadist lainnya yang mengutip pernyataan Suyuthi tentang kemutawatiran hadist ini.
Ghadir Khum dan Asbabunnuzul
alWahidi dalam kitabnya Ababun nuzul ketika menafsirkan surat alMaidah ayat 67 yang berbunyi : “Hai Rasul sampaikanlah apa yang diturunkan padamu dari Tuhanmu,jika kamu tidak kerjakan yang demikian berarti kamu tidak menyampaikan seluruh apa yang diamanahkanNya padamu.Allah memeliharamu dari gangguan manusia, sesungguhnya Allah tidak memberikan hidayah pada orang-rang yang ingkar ,”mengutip perkataan Abu Sa`id al Khudr yang berkata,” Ayat ini turun pada hari Ghadir Khum, berkenaan dengan pidato nabi tentang Ali bin Abi thalib. Ats Tsa`labi meriwayatkan pula melalui dua sanad dalam alKabirnya berkenaan dengan turunnya ayat tersebut..dan diriwayatkan pula oleh al hamwini asSyafii dalam alFaraid dengan mengambi beberapa sanad dari Abu Hurairah secara marfu`, dikutip pula oleh al Hafidz Abu Nu`aim dalam kitab Nuzulul Qur`annya melalui dua sanad yaitu dari Abu rafi` dan yang keduanya dari al-A`masy dari `Atiyyah (secara marfu`).
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Disamping itu, nila kita jeli dengan alMaidah ayat 67ini, kita akn menemukan beberapa point yang mengisyaratkan bahwa yang dimaksud ayat tersebut adalah agar Rasul menyampaikan sesuatu yang sangat penting:
• Perintah Allah pada RasulNya untuk menyampaikan dengan menggunakan kalimah Balligh (sampaikanlah ) hanya ada di ayat ini saja, biasanya Qur`an menggunakan kata Qul!Ini menunjukan bahwa yang disampaikan adalah sangat khusus, dan penting.
• Ada penegasan “ wa illam taf`al fama ballagta risalatahu artinya “ bila kamu tidak menyampaikan maka kami sama artinya dengan ridak menyampaikan seluruh risalah Nya.penegasan ini mengisyaratkan kita bahwa seolah ada keengganan dari Rasul untuk menyampaikannya, ini menunjukan ada sesuatu akibat bila Rasul menyampaikannya , sehingga kemudian Qur`an memberikan jaminan penjagaan .
• Walaupun Allah telah memberikan jaminan tentang penjagaan pada Rasulullah sebagiamana tertulis dalam qur`an surat 72.27 yang berbunyi “ Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” , tetapi di ayat ini Qur`an menegaskan kembali tentang jaminan keamanan bila telah menyampaikan pesan khusus tersebut, memberi kesan bahwa pesan tersebut adalah pesan yang teramat penting.perhatikan jaminan tersebut : Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.Ini mengisyaratkan tentang adanya gangguan keamanan bila Rasulullah menyampaikannya.
• Sebagaimana kita sama-sama tahu bahwa Imam Ali bin Abithalib sangat dimusuhi, karena dalam berbagai peperangan banyak membunuh para musuh Rasulullah, dan diantara jamaah haji yang jumlahnya mencapai puluhan ribu ini, banyak diantaranya yang masih menyimpan dendam pada Ali karena ayah, ataupun anggota keluarganya dibunuh oleh beliau, riwayat beserta ayat yang turun setelah ini akan mengungkapkan hal tersebut.
Setelah Rasulullah menyampaikan estafeta kepemimpinan tersebut di Ghadir khum, tiba-tiba datanglah seseorang yang menolak kepemimpinan tersebut. Abu Ishaq Ats Tsa`labi meriwayatkan alKabirnya berkenaan dengan penafsiran surat alma`arij : 1-2 yang berbunyi,” Seseorang telah meminta kedatangan adzab yang menimpa orang kafir, dan tidak seorangpun dapat menolaknya.” Dengan melalui dua sanad yang mu`tabar bahwa : rasulullah telah mengumpulkan banyak orang pada peristiwa Ghadir Khumm saat rasul mengangkat tangan Ali dan berkata,”Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maulanya, maka Ali adalah maulanya juga. .”.maka tersiarlah berita itu hingga didengar Harist bin nu`man al Fihri>ia segera mendatangi Rasul sambil mengendarai ontanya.Setiba di hadapan beliau, ia segera turun dari onta dan bertanya,” Ya Muhammad, engkau telah menyuruh kami bersaksi Tiada Tuhan selain Allah, dan bahwa engkau adalah rasulallah dan kami menerimanya. Dan engkau perintahkan kami untuk shalat 5 kali sehari dan kami menjalankannya, engkau perintahkan kami zakat, kami tunaikannya, dan engkau suruh kami berhaji dan kami menerimanya> namun anda belum puas dengan semua itu sehingga anda akan lengan sepupu anda (Ali) sambil berkata,”Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maulanya, maka Ali adalah maulanya juga. .”Apakah ini dari anda pribadi atau dari Allah.jawab rasul,” Demi Allah yang tiada Tuhan kecuali Dia ini adalah ketentuan Allah `Aza wa Jalla, Mendengar itu, pergilah al Harist pergi menuju ontanya sambil berkata dengan sinis ,” Ya Rabb, jika apa yang dikatakan Muhammad memang benar, maka turunkanlah hujan batu dari langit, atau datangkanlah pada kami azab yang pedih.” Berkata perawi, “Maka Allah melemparinya dengan batu yang menembus tubuhnya hingga jatuh terkapar dan mati sebelu mencapai ontanya.” Hadist serupa juga diriwayatkan oleh tokoh-tokoh ahlusunnah lanya seperti Allamah Syablanji dalam Nurul Abshar pada bab Riwayat Hidup Ali, juga ditulis oleh al-halabi dalam sirahnya halaman 214 jilid III.
SEtelah itu barulah ayat terakhir :مَ دِيناًنِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ
Sebagian mufassir dan muhadist ahlusunnah meyakini ayat ini turun di bukit Ghadir ketika , setelah Rasulullah menyampaikan pesan sebagaimana yang diperintah dengan tegas oleh ayat 5:67.
Silakan rujuk :Tafsir Ibnu Katsir jilid II, Ruhul ma`ani Al alusi jilid 6 , Tarikh Ibnu Katsir oleh Damsyiq Assyafii, Albidayah wannihayah Ibnu Katsir jilid 5, Tarikh Ya`kubi jilid 2, Yanabiul Mawaddah Al qundusi alHanafi jilid 1, Faraidusimthain Hamwini Assyafii jilid 5, , Durrul mansur oleh Jalaluddin Assuyuthi jilid 2, Tarikh Baghdad oleh Khatib Al Baghdadi jilid 8, Manaqib nya Ibnu am maghazili Assyafii hadist ke 24, Al Itqon Imam Suyuthi jilid 1, Syawidut Tanziloleh : Askanijilid 1.Sedangkan dalam jalur syiah silakan rujuk : Biharul anwar Al majlisi jilid 38.
FAKTA-FAKTA BERBAGAI PERISTIWA YANG MENGUATKAN KEBENARAN PERISTIWA GHADIR KHUM DALAM RIWAYAT-RIWAYAT AHLUSUNNAH
Munasyadah al Rahbah35 H
Al rahbah artinya beranda, yaitu suatu tempat dimana pada saat Ali naik menjadi khalifah setelah Usman terbunuh, beliau menyelesaikan berbagai permasalahan Umat di beranda masjid kota Kuffah 25 tahun setelah peristiwa Ghadir Khum , tepatnya pada tahun 35 H setelah kaum muslimin mengalami berbagai peristiwa yang memakan korban para saksi ghadir khum antara lain peperangan-peperangan yang banyak memakan korban terutama di pada masa kekuasaan Abu Bakar, serta wabah kolera yang memakan banyak jiwa kaum muslimin termasuk para sahabat yang ikut menyaksikan peristiwa ghadir khum, Amirul Mu`minin Ali bin Abi thalib yang baru dibai`at sebagai khalifah mengumpulkan orang banyak dihalaman masjid sambil berpidato ,” Aku mengajak demi Allah pada tiap orang diantara kalian yang telah mendengar apa yang diucapkan rasulullah di ghadir Khum agar berdiri memberikan kesaksian dari apa yang telah didengarnya.Dan hendaklah jangan kalian berdiri kecuali mereka yang benar-benar telah melihat peristiwa itu dengan kedua matanya dan mendengar apa yang Rasul katakan saat itu dengan kedua telinganya !’ maka berdirilah 30 orang dikalangan sahabat, duabelas diantaranya adalah pejuang Badar. Dan mereka semuanya memberikan kesaksian bahwa Rasul telah mengangkat lengan Ali dan bersabda ,” apakah aku lebih berhak menjadi wali orang-orang mu`min lebih dari diri mereka sendiri.” Mereka menjawab ,” benar ya rasululah.” Beliau berkata lagi ,” Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maulanya, maka Ali adalah maulanya juga. Ya Allah cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya.” ( Musnad Ahmad , jilid I halaman 119, dirawikan dari Abdurahman bin Abi Laila ).
Masih dalam musnad Ahmad diriwayatkan dari berbagai jalur periwayatan lain di akhir halaman 119 juga disebutkan pula oleh Ibnu Qutaibah ad daruni dalam kitabnya Ma`arif di akhir halaman 94 menurut riwayat Abdurahman bin Abi laila dan beberapa jalur lain , bahwa ketika itu Ali berkata kepada Anas “ mengapa engkau tidak berdiri bersama sahabat lainnya dan memberikan kesaksian seperti apa yang anda dengar ketika itu ? “ Ans menjawab “ Usiaku telah lanjut dan aku telah lupa.” Ali berkata,” Baiklah, jika apa yang kau ucapkan itu bohong, semoga Allah menimpakan penyakit belang atas tubuhmu sehingga tidak tertutup sorbanmu.”Dan tidak lama kemudian dia dirimpa penyakit belang hingga meliputi seluruh mukanya.” Aku terkutuk oleh doa hamba Allah yang saleh.” Katanya kemudian.
peristiwa ini diriwayatkan pula oleh Zaid bin Arqam bisa dirujuk dalam berbagai kitab sunni antara lain al Haitsami dalam majmaul Zawaaid, almaghazili dalam alManaqib , Thabrani dalam alKabir, atTabari dalam Zakhair al Uqba, al Hafisz Muhammad bin Abdullah dalam alFawaaid,dll.
Kisah senada juga diriwayatkan oleh Abu Thufail Amir bin Watsilah sebagaimana direkam oleh Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya , an Nasai dalam Khasais, Abu dawud dalam, al Ashimi dalam Zainal fata, Al Kunji dalam kifayah, at tabari dalam Riyad an Nadhirah, Ibnu katsir dalam bidayah, Ibu Atsir dalam Usud al Ghabah, dll
Disamping itu Ibnu katsir dalam tarikhnya meriwatkan kejadian serupa dari Ahmad bin hambal
Ali mengingatkan Thalhah pada perang Jamal
Saat berkecamuknya perang Jamal, terekam oleh kitab-kitab hadist dan sejarah dialog yang terjadi antara mereka berdua, saat itu diceritakan bahwa Ali berkata pada Thalhah,"Aku bermunasyadah atas nama Allah, tidakkah engkau pernah mendengar bahwa nabi pernah berkata, ”Barangsiapa yang menganggap aku sebagai walinya, maka (aku angkat) Ali sebagai walinya, Ya Allah, dukunglah siapa saja yang mendukungnya (Ali)dan musuhilah siapa saja yang memusuhinya." Jawab Thalhah," ya, aku pernah mendengarnya" Lalu Ali bertanya," kalau begitu, mengapa engkau memerangiku?" Thalhah menjawab," aku lupa."Al hakim meriwayatkan dalam Mustadraknya , juga diriwayatkan Mas'udi dalam Muruj al Zahab, Khatib al Khawarizmi dalam al manaqib, Ibnul jauzy dalam tadzkirah, Ibnu hajar dalam al tahzib, al Haitsami dalam majmaul Zawaid, jalaluddin Suyuthi dalam jami al Jawami, dll
Pernyataan-pernyataan lain yang menguatkan
Juga disebutkan dalam Musnad Ahmad ( juz V halaman 419) dari Riyah bin harist melalui dua saluran hadist, katanya ,” sekelompok orang mendatangi Ali seraya mengucapkan ,” Assalaamu`alaika ya Amiru mu`minin,” Ali bertanya,” siapa kalian?’ “ kami adalah pengikut tuan.” Jawab mereka. Lalu Ali bertanya,” bagaimana kalian menganggap aku sebagai Wali kalian , sedang kalian adalah orang-orang Arab.” Jawab mereka,” kami telah mendengar rasul bersabda pada peristiwa Ghadir Khum ,” Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maulanya, maka Ali adalah maulanya juga. .” berkata Riyah ( perawi hadist ini) : ketika mereka pergi, aku ikut bersama mereka dan menanyakan tentang orang-orang ini, siapakah mereka, dan aku mendapat jawaban bahwa mereka adalah sekelompok kaum Anshar, diantaranya ada Abu Ayyub al anshari.”
Munasyadah Pada Masa Usman bin Affan
Sebagaimana diriwayatkan alHimwaini dalam Faraidu Simthoin , Sulaim bin Qois alHilali menyaksikan bahwa saat itu pada masa Usman bin Affan berkuasa berkumpul di masjid Nabawi lebih dari 200 sahabat termasuk diantaranya Miqdad, Saad Bin Abi Waqass, Ibnu umar, Thalhah, Zubair, dan lain-lain, mereka membicarakan keutamaan kaumnya, saat itu Ali berkata panjang lebar yang diantaranya adalah pernyataan-pernyataan Nabi tentang keutamaan Ali dan ahlulbait Nabi termasuk diantaranya yang nabi ucapkan di Ghadir Khum
Peristiwa syura 23 H
Jauh sebelum itu, pada peristiwa syura, Ali melakukan dialog pada para peserta syura, disana Ali mengambil kesaksian-kesaksian, salah satunya adalah sebagaimana diceritakan Abi At Tufail Amr bin watsilah sebagaimana tercatat dalam Khashaisul Alawiyah (AnNasa`i) menceritakan bahwa Ali berkata pada mereka," Apakah diantara kalian ada yang seperti diriku dimana Rasul berkata padanya,"Barangsiapa yang mengakui aku adalah pemimpinnya maka ketahuilah bahwa Ali adalah pemimpinnya, Ya Allah befihaklah pada orang-orang yang memihaknya, belalah orang-orang yang mengikuti wilayah (kepemimpinannya) , dan musuhilah orang-orang yang menentang kepemimpinannya."
Hujjah Keluarga nabi tentang alghadir
Al muqiri asSyafii dalam Asnal al Matalib meriwayatkan debat antara Fatimah dengan para sahabat Nabi, dari percakapan yang cukup panjang terungkap pula pernyataan fatimah ,"Apakah kalian lupa perkataan rasulullah pada hari al Ghadir ," ”Barangsiapa yang menganggap aku sebagai walinya, maka (aku angkat) Ali sebagai walinya, Ya Allah, dukunglah siapa saja yang mendukungnya (Ali)dan musuhilah siapa saja yang memusuhinya."
Al Hafidz Abul Hassan bin Uqdah meriwayatkan bahwa pada saat Imam Hassan menandatangani kesepakatan dengan Muawiyah , Imam berkata,"Bukankah ummat ini mendengar perkataan nabinya saat memegang tangan Ali di Ghadir Khum sambil berkata ," ”Barangsiapa yang menganggap aku sebagai walinya, maka (aku angkat) Ali sebagai walinya, Ya Allah, dukunglah siapa saja yang mendukungnya (Ali)dan musuhilah siapa saja yang memusuhinya." Dan Nabi memerintahkan agar yang hadir menyampaikannya pada yang tidak hadir."
Sulaim bin Qais pun meriwayatkan bahwa duatahun setelah kematian Muawiyah , Imam Husein berpidato dihadapan 700 orang jemaah haji di mina yang termasuk diantaranya adalah para sahabat, tabiin, Bani hasyim dan para pengikut setia al Husein," Aku bermunasyadah pada Allah, bukankah kalian tahu bahwa Nabi di ghadir Khum berkata sambil mengangkat tangan Ali ”Barangsiapa yang menganggap aku sebagai walinya, maka (aku angkat) Ali sebagai walinya, Ya Allah, dukunglah siapa saja yang mendukungnya (Ali)dan musuhilah siapa saja yang memusuhinya, dan hendaklah yang mendengar hal ini menyebarluaskan kabar ini pada yang belum mendengarnya," semua yang berkumpul memberikan kesaksian.
Di samping itu , sejarah mencatat pula kisah seorang perempuan pemberani bernama Darumiyah, saat ditanya oleh Muawiyah tentang alasan mengapa Darumiyah begitu mencintai Ali, Darumiyah memberikan serangkaian argument yang salah satunya adalah,"Aku berwilayah pada Ali karena rasulullah telah mengangkatnya sebagai pemimpin ummat sepeninggalan beliau , bahkan bukankah peristiwa itu terjadi dihadapan batang hidungmu wahai Muawiyah."( Zamakhsyari dalam rabiul abrar)
Begitulah sekelumitnya pencarian ku tentang kebenaran peristiwa ghadir khum tersebut, saat saya masih mempelajarinya, sekelompok teman yang terpengaruh faham wahabi datang dan mengatakan bahwa peristiwa tersebut tidak detail disebutkan dalam bukhari-muslim, lalu saya katakana kepada mereka,” bukankah hadist “Kitabullah wa sunnatun nabi" pun tidak kutemukan dalam bukhari muslim. Dan kalau hadist yang sebegini banyak jalur periwayatannya saja kita tolak, kenapa kita melakukan shalat, padahal hadist-hadist tentang tata cara shalat saja tidak sebanyak ini jalur periwayatannya."
Dan bila orang-orang fanatik tersebut kembali menyanggah dengan beralasan ," Itu hanya bukti keutamaan Ali , bukan kepemimpinan Ali" Maka saya akan kembali menagjak hati dan fikirannya untuk terbuka dan mau menerima kebenaran dengan mengatakan," Bahwa pengertian Wali dalam hadist alGhadir salah satunya adalah pemimpin, bila ini hanya sekedar bermaksud agar umjmat mencintai Ali , bagaimana mungkin Rasulullah memanggil puluhan ribu bahkan lebih dari seratus ribu sahabat untuk berkumpul bila hanya sekedar untuk menunjukan keutamaan Ali saja, orang yang berakal akaN mengatakan, itu hanyalah pemborosan saja.Orang-orang yang berakal akan dengan jelas menyaksikan bahwa ini adalah suksesi kepemimpinan yang kemudian akan dibuat secara tertulis sebelum Rasul wafat (akan kami bahas dalam artilkel kami selanjutnya).
Bila mereka kembali menyanggah sebagaimana biasanya, saya akan kembali mengingatkan mereka bahwa sanggahan tersebut justeru akan memperkuat argumen kami bahwa Para pengikut yang setia dengan kempemimpinan Ali adalah kelompok yang benar, sementara musuh-musuh mereka seperti Muawiyah adalah kelompok yang memerangi Allah dan rasulNya.
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim (penentu keputusan ) terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. “ (Q.S 4 :65 )
“Apa yang diberikan Rasul kepada kalian maka terimalah dan apa yang dilarangnya pada kalian maka tinggalkan.” (Al-Hasyr: 7).
Bahkan jauh-jauh hari sebelum peristiwa penting tersebut terjadi, nabi selalu mengulang-ulang pesan penting tentang kewilayahan Ali, dan pentingnya berpegang pada Aststaqolain (dua pusaka) Kitabullah, dan ahlul bait Nabi , dalam berbagai kesempatan , pernyataan-pernyataan nabi tersebut terdapat di berbagai kitab hadist sunni yang pada kesempatan selanjutnya akan kami muat dalam tulisan tersendiri.
(Abu Sadra, dengan nama lain Ki Akbar adalah seorang penulis buku : Biarkan Tubuh Anda Yang Menyembuhkan, penerbit Pustaka Hidayah)
Langganan:
Postingan (Atom)