Rasulullah Saw bersabda, “Ahlulbaitku bagaikan bahtera Nabi Nuh, barangsiapa yang menaikinya mereka akan selamat dan barangsiapa yang tidak mengikutinya (meninggalkannya) maka mereka akan tenggelam.” (HR. Al-Hakim dalam Mustadrak Ash-Shahihain, juz 2 )
Rabu, 23 Februari 2011
MEREKA BILANG AKU DUNGU DAN SESAT, PERJALANAN MENYUSURI BERBAGAI FIRQOH MENUJU BAHTERA AHLUL BAIT NABI I
MEREKA BILANG AKU SESAT DAN DUNGU, KISAH PERJALANAN PANJANG MENYUSURI FIRQOH-FIRQOH ISLAM HINGGA MENUJU AHLUL BAIT NABI I
Oleh : Abu Sadra
Alhamdulillahirobbil `alaimien.
Assholatu wassalaamu `ala Rasulillah sayidil mursalin, Muhammadin wa alihil mutathohhiriena ajmain
Hari-hari begitu berat bagi saya, beberapa anggota keluarga dan sahabat mencaci saya sebagai sesat dan dungu. Sakit rasanya hati ini Ya Allah, tapi biarlah , inipun pernah Rasulullah alami dan rasakan , disebut sesat dan gila.”Assalaamu`alaika Ya Rasulullah, Ya Nabiyu Rahmah, Ya syafiil Ummat, Ya sayyidina Wa maulana , Inna tawajjahnya wasdtasyfa`na wa tawassalna bika ilallah, Ya wajihahan indallahi isyfa`lana indallah.
Saat ini air mata saya mengalir, teringat masa-masa saat saya mencari kebenaran sejati, memasuki firqoh demi firqoh Islam ahlusunnah, hingga akhirnya sayapun berlabuh ke Bahtera keluarga Rasululllah.Selanjutnya izinkan saya memaparkan kisah perjalanan keberagamaan saya yang kini dicaci sebagai “Bodoh dan Sesat”
Dari lahir hingga remaja
Di siang hari yang cerah usai hujan, 2 November 1976, di sebuah rumah sakit di kota Bandung saya dilahirkan dalam keluarga kecil yang insya Allah diberkati .Bona begitu panggilan kecil saya, terlahir sebagai anak pertama (Ya Rasulullah, syafaatilah ibu kami dan ayah kami),Karena alasan pekerjaan, ayahku berhijrah ke kota Jakarta, tidak lama kemudian ibukupun segera menyusul memboyongku ke Jakarta, kami menempati rumah kontrakan kecil di sebuah gang di ibu kota.
Sekitar tahun 1978 , nenekku di Bandung mengalami kesedihan yang mendalam akibat ditinggal anak bungsunya pulang ke hadirat Ilahi.Untuk mengobati kesedihan beliau, walaupun teramat berat , ayahku mengizinkanku untuk diboyong ke Bandung.Di rumah inilah aku dibesarkan dengan curahan kasih sayang dari Kakek, Nenek, uwak , dan kedua orang pamanku.Di kemudian hari aku diadopsi oleh Ibu begitu panggilanku padanya, tidak lain ia adalah kakak perempuan ibu kandungku yang tinggal serumah dengan nenekku.Selanjutnya saya memanggilnya dengan Ibu, pada ibu kandungku, aku biasa memanggilnya dengan sebutan mama, semoga mereka berdua dirahmati Allah.(Amin).
Aku bermain dan belajar seperti layaknya anak-anak yang lain yang hidup di pinggiran kota , hanya saja aku tidak diajarkan mengaji, bahkan setamat dari taman kanak-kanak, aku disekolakan di sekolah Katolik.Nenek, kakek, dan ibuku saat itu memang masih sekuler dan belum mementingkan pendidikan agama.Bahkan kakekku saat itupun masih sekuler dan menganut Kebatinan Sunda Wiwitan, walaupun beberapa tahun sebelum wafatnya beliau kembali ke pangkuan Islam dan sempat berhaji,.
Ada sebuah keindahan saat menyaksikan mamaku sholat.Mama yang saat itu sudah pindah ke Bandung bersama ayah , saat itu dikarunia dua orang anak laki-laki lagi, yang tidak lain adalah adik-adikku.Ada beberapa kali setiap minggunya mamaku mengunjungiku ke rumah nenek di daerah Cicadas Bandung.Aku terkesan saat melihat mamaku shalat, Berbeda dengan anak-anak yang lain yang harus dipaksa untuk shalat, saat itu malah aku yang meminta diajarkan shalat oleh mamaku.(Allahummagfirlii wali wali dayya warhamhumma kama rabbayani shogiiro), seingatku saat itu umurku masih 9-10 tahunan.
Saat memasuki usia SMP disamping musik dan beladiri, aku mulai menyenangi pelajaran –pelajaran keagamaan.Saat usiaku 12 tahun, aku memaksa nenek untuk mendatangkan seorang guru mengaji.Aku pun mulai belajar mengaji.Seiring dengan munculnya semangat keberagamaan di rumah nenekku yang diwarnai ajaran sunni syafii, saya pun mulai memasuki Islam dengan warna sunni syafii.SMP kelas dua selama satu bulan penuh aku masuk Pesantren Albasyariah, sebuah pesantren dengan tradisi sunni syafiinya yang kental.
Terpengaruh faham Wahabi
Memasuki kelas 3 SMP, aku mengikuti berbagai kegiatan kursus-kursus Islam, diantaranya adalah kuliatul mujahiddin Masjid Istiqomah Bandung.Disini aku mulai terpengaruh Islam dengan warna lain, wahabi. Disini aku mendapat doktrin bahwa segala yang tidak ada dalam hadist bila dilakukan adalah bid`ah yang menyesatkan.Maka aku mulai melihat keluargaku dalam kacamata yang lain, aku menganngap diriku benar dan mereka sesat, aku bahkan lupa bila merekalah yang menyayangiku selama ini.
Tidak beberapa lama kemudian nenekku yang tercinta wafat.Masih teringat dalam acara tahlilan yang diadakan keluargaku, aku muncul layaknya seorang Nabi, aku berteriak-teriak bahwa tahlilan adalah sesat.Kini aku sadar bahwa Nabipun ternyata tidak berakhlak seperti itu, ia selalu menyayangi ummatnya dan tidak pernah menyebut ummatnya yang salah sebagai sesat.Aku lupa dengan ayat “Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kalian mengangkat suara melebihi suara nabi (SAW) (Al Hujurat ;2)
Saya tidak tahu saat itu apa yang sedang terjadi, seorang mentorku tiba-tiba datang ke rumahku dan mengatakan agar aku jangan datang lagi ke Masjid Istiqomah, pangajian akan diadakan di rumahku dan berkeliling dari rumah ke rumah.Saat aku confirm pada teman-temanku lainnya , sebagian dari mereka bilang masih aktif dalam kegiatan kajian rutin di masjid tersebut.Saat itu aku bingung dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi.Belakang aku tahu dari beberapa seniorku yang saat ini telah sama-sama bergabung dalam bahtera ahlulbait, yang dulu pernah aktif sebagai pengurus di masjid tersebut, sebagaimana diceritakannya bahwa saat itu di dalam intern kepengurusan masjid tersebut sedang terjadi perpecahan menjadi 3 kelompok; kelompok Wahabi yang cenderung ke pemikiran Dewan Dakwah Islamiyah dan Persatuan Islam, Kelompok Wahabi yang cenderung ke Negara Islam Indonesia, Dan satu lagi adalah pemikiran Ikhwanul Musliminnya Hasan Albana.Aku ikut yang ketiga, mentorku mendoktrinku dengan doktrin-doktrin ikhwanul muslimin.Gerakan Ikhwanul Muslilin di Indonesia ini kemudian bermetamorfosism menjadi Partai Keadilan Sejahtera setelah era jatuhnya rezim Suharto.
Kang Darlis, mentorku saat itu yang kini sibuk sebagai anggota Dewan (Salam kang, inget Akbar ?) begitu bersemangat mengajariku tentang konsep-konsep perjuangan Islam yang disebarkan Hasan AlBana di Mesir.Begitu memasuki pembahasan tentang Ghazul Fikri atau perang pemikiran, ghirah Islamku muincul, ingin rasanya aku berteriak dan menghancurkan musuh-musuh Islam.Derngan senyumnya yang khas , Kang Darlis menyuruhku untuk bersabar dengan mengatakan bahwa Jihad itu ada waktunya, dan sekarang adalah waktunya tazkiyatunnafs, pembentukan pribadi-pribadi muslim, medan jihad saat ini adalah dakwah, begitu menurutnya.
Setamat SMP , tahun 1993, saya melanjutkan sekolah di salah satu sekolah Islam swasta di Bandung, lagi-lagi sekolah ini diwarnai doktrin Wahabi yang cukup kental.Saat itu aku berkenalan dengan Ustadz Dudi Muttaqien, beliau adalah guru agamaku di kelas sekaligus teman curhat dan sekaligus juga sahabat kuAku tahu beliau begitu menyayangiku bahkan hingga saat ini, beberapa tahun sebelumnya beliau sempat menelphoneku dan mempertanyakan kesyiahanku, alhamdulillah guruku tercinta ini memahami dan menghargai kesyiahaanku, semoga beliau mendapaat syafaat Nabi kelak diakherat.Beliau adalah seorang uztadz muda Persatuan Islam yang kemudian keluar dari organisasi itu, konon kabarnya beliau sekarang sudah sangat moderat dan menghargai berbagai perbedaan.
Sepulang sekola, Pak Dudi selalu mengajak kami ke rumahnya untuk berdiskusi tentang berbagai persoalan keagamaan.Bahkan pernah pula Pak Dudi mengajak kami untuk mengisi acara Kuliah Subuh di sebuah radio swasta di Antapani Bandung.Pernah suatu hari sepulang sekolah saat berdiskusi saya menanyakan kenapa terjadi perang sesama sahabat Nabi sepeninggal Rasulullah, jawab beliau,” Itu adalah kejadian masa lalu, janganlah kita mengungkit-ngungkitnya.Menurut pendapat para ulama, bahwa kedua pihak yang berperang saat itu sama-sama mendapat pahala.Phak yang benar mendapat dua pahala, sementara pihak yang salah mendapat hanya satu pahala.Walaupun sempat terfikir, bagaimana bisa orang yang salah mendapatkan pahala, saya berusaha menerima logika yang tidak masuk akal ini.
Deden Ibnu, begitu aku biasanya memanggilnya adalah seorang teman satu angkatanku yang sama-sama aktif di kegiatan DKM dan OSIS di sekolah kami.Ia lulusan Ngruki, Solo , sebuah Pesantren yang didirikan Abdullah Sungkar, seorang tokoh NII KW 7 yang cenderung ke pemikiran Wahabi-Salafi.Dari Deden ini, saya mendapat berbagai doktrin tentang keharusan bersyariat Islam dan berjuang menegakan syariat Islam di muka bumi.Tidak jarang aku sering meludah tatkala melihat seorang wanita yang tidak berjilbab, atau tiap kali aku melihat tentara (saat itu kuanggap antek-antek thogut) , aku merasa paling benar saat itu.
Sekitar 95 pula,Yayat, seorang teman mengajakku ke sebuah gang disekitar UNPAD Dipatiukur untuk minta dicopykan film "Arrisalah" yaitu film perjuangan Rasulullah dari awal hingga wafatnya. .Para mahasiswa berjanggut dengan celana ngatung hingga mata kaki terlihat, tampak sibuk berkumpul.Dengan berbisik saya bertanya pada mereka, " Ini harokah?" mereka bilang," kami manhaj Salafi".Saya pun sempat berinteraksi dengan mereka selama beberapa bulan.Perlahan saya pun menjauh dari halaqoh ini, karena ada beberapa yang tidak sependapat dengan mereka.
Sekitar tahun 1995 saat duduk di bangku kelas 3 SMU, saya yang meminati hal-hal berbau beladiri dan mistik memasuki sebuah klub penggemar beladiri dan mistikisme, White Kalam begitu nama klub tersebut.Berbagai kegiatan Dari mulai belajar tenaga dalam hingga bermeditasi saya ikuti, hingga suatu hari Ipey , begitu kami memanggilnya, pimpinan klub ini mengajakku untuk ikut kegiatan camping ke gunung Manglayang.
Saya kaget bukan kepalang , ternyata mereka adalah aktifis Negara Islam Indonesia, klub ini sengaja didirikan untuk menggiring kami memasuki NII.Mereka membuka ayat ini : “Barang siapa yang tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan maka ia kafir.” (QS Al Maidah : 44) menurut mereka, kami semua adalah kafir karena tidak berhukum pada hokum Allah, karena itu kami harus masuk ke dalam Negara Islam Indonesia, sebuah Negara yang mereka klaim sebagai Negara Hukum Ilahi .Dari 3 peserta camping, , dua diantaranya menyambut seruan Ipey dan Alex (salah seorang pendiri lainnya) .Saya dan depid menyambut seruan tersebut.kami siap dibaiat.
Selanjutnya Ipey dan Alex memperlihatkan ayat ini :
Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah [1397]. Tangan Allah di atas tangan mereka [1398], maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.(Q.S.48:10)
Menurut penafsiran mereka ayat ini menjelaskan tentang keridhoan Allah yang tercurah pada saat bai`at Ridwan, disaat kamu muslimin siap berjuang hingga titik darah penghabisanuntuk memperjuangkan Dinullah, karena itu kita pun harus dibai`at untuk mendapatkan untuk berjuang menegakkan agama Allah , dengan cara inilah kita akan mendapatkan keridhoan Allah,
Sepulang camping, saya dan Depid dengan tak sabar menunggu panggilan untuk dibaiat, tetapi hari demi hari ditunggu tak kunjung ada panggilan, padahal kami begitu merindukan Ridha Allah.Menurut Ipey, karena ada hal-hal bersifat tekhnis, saya diminta bersabar dan menunggu.Kamipun sempat kecewa.
Tiba-tiba aku jadi teringat seorang guru disekolah yang sempat bercerita bahwa Negara Islam Indonesianya Kartosuwiryo adalah benar-benar berjuang menegakkan Negara Islam .” jangan-jangan beliau juga orang NII” begitu fikirku saat itu.Tanpa menunggu lama, saya dan Depid berangkat ke sekolah , karena guru yang dimaksud ini ada jadwal mengajar SMP di yayasan tempat saya bersekolah.
Dari beliau, saya mendapat berbagai penjelasan seputar Islam yang Haq , yang membuat ghirah kami semakin membara, tapi lagi-lagi beliau menyuruh kami bersabar hingga kami selesai ujian.
Setamat ujian kami pun menunggu kabar dari dua pihak, dari Ipey atau pun guru kami, pokoknya kami bertekad untuk segera dibai`at.Tiba-tiba, telephone rumahku berdering.Ternyata Guruku yang menelphone”Siap besok sore dibai`at? “ katanya.
Agustus 1995 disebuah rumah di daerah Kopo Bandung, aku dibaiat bersama Depid.Depid pertama dipanggil masuk ke dalam kamar.Tidak lama giliranku yang dipanggil, seorang petugas menjabat tanganku dan memeberikan secarik kertas, kurang lebih begini bunyi bai`atnya :
Audzubillahi minassyaithonirrojim
Bismillahirahmanirrahim
Asyhadu anlaa ilaaha ilalloh wa asyhadu anna Muhammadun Rasulullah.
Saya yang bernama Akbar Kuspriadi dengan ini menyatakan akan selalu tunduk patuh dan setia pada Negara Islam Indonesia.Mulai hari ini seluruh hidup dan mati saya akan saya serahkan untuk menegakkan hukum Allah.
Allahu Akbar…Allahu Akbar…..Allahu Akbar
Tanpa terasa airmataku mengalir dipipi, usai baiat kami melakukan sujud syukur ke hadirat Ilahi, : "semoga engkau ridha Ya Allah” .aku teringat sabda Rasulullah ," Barangsiapa yang mati tanpa memiliki baiat, maka ia mati jahiliah." dan " Barangsiapa yang mati tanpa mengenal Imam zamannya, maka ia mati jahiliah." Saat ini aku sudah punya Imam dan aku sudah berbaiat Ya Ilahi..... "
Demikianlah, setamat SMU, 1995 aku resmi menjadi warga Negara Islam Indonesia,.Namun usai baiat kami tidak mendapat kabar apa-apa, hamper satu bulan lamanya kami menunggu, hingga suatu hari Kang Yudhi seniorku saat itu menelphoneku dan mengatakan bahwa kami ditunggu di suatu temnpat yang telah ditentukan, sebuah rumah di Cijerah bandung, disana telah menunggu beberapa orang mengelilingi sebuah papan tulis, mereka juga sama-sama tudak tahu akan mendapat perintah apa, karena begitulah tradisi di NII, kita harus taat tanpa banyak bertanya.
Tiba-tiba datanglah orang yang ditunggu-tunggu, coordinator kami pun tiba.Qur`an terjemahan pun dibagikan ubtuk tiap peserta beserta secarik kertas.”Ini pasti training atau ta`lim” begitu fikirku saat itu.Unstadz pun duduk, setelah mukadimah, kami disuruh membuka Surat Annas, Dal;am surat Annas Qur`an berfirman bahwa Allah itu sebagai Rabb, Malik dan Ilah, menurutnya Qur`an menerangkan tentang konsep Aqidah dalam Islam, yaitu : Qul a`udzu birabbinnas, maalikinnas, ilaahinnas. Darisinilah kemudian muncul trilogy tauhid yakni Aqidah rububuyah, Mulkiyah dan Uluhiyah. Selanjutnya diterangkan bahwa Tauhid Rububiyah ini artinya adalah keterikatan kita kepada Allah sebagai satu-satunya pemelihara, pengatur, pemberi rezeki dan diwujudkan dalam bentuk keterikatan pada hokum-hukum Allah (QS.42:10, 7:2-3, 6:114, 32:2,3,10:37, 12:40 , selanjutnya adalah aqidah mulkiyah yang artinya keterikatan kepada Allah sebagai satu-satunya Raja yang dibuktikan atau diwujudkan dengan mengikuti kerajaan Allah dibumi (QS 40:29/ 2:284).Selanjutnya adalah Aqidah Uluhiyah yang bermakna keterikatan atau ketundukan pada Allah sebagai satu-satunya yang di`ibadahi, wujudnya adalah de3ngan mentaati Negara Hukum Allah (QS.4:64, 4:80, 9:71, 120, 47:2,19, 47:33.) .lengkapnya lihat di http://www.scribd.com/doc/3777058/TAUHID
Tauhid yang mereka ajarkan berbeda dengan konsep tauhid sifat 20nya Asy`ari (yang dianut warga NU_) yaitu Wujud, qidam, baqa, dan seterusnya. Berbeda pula dengan ajaran ikhwanul muslimin, wahabi atau salafi yang berpendapat bahwa Tauhid itu adalah Tauhid Rububiyah, Uluhiyah, dan Asma wa sifat,Masing-masing mengakui paling benar, saya saat itu lebih memilih ikut tauhidnya NII karena mengambil dasar dari surat Annas. ( kesesatan tauhidnya salafi-wahabi http://www.scribd.com/doc/7648650/Kesesatan-Aqidah-Ruububiyah-Uluhiyah-Asmawa-Shifat-Wahaby-Salafy/ lihat juga kesesatan tauhidnya NII http://www.jumhur.web.id/index.php?option=com_content&view=article&id=61&Itemid=72/ sementara untuk kesesatan asy`ariyah bisa lihat di iklanz.com/news-tauhid-sifat-20-sunni-dan-tauhid-wahabi-sama-sama-penuh-kelemahan)
Usai kematerian, kami istirahat sejenak, waktu sudah menunjukan pukul 1 dinihari, Beberapa gelas kopi sudah kami habiskan, tiba-tiba seseorang dengan memakai jaket kulit masuk, akmi pun disuruh bersiap, untuk menerima kematerian selanjutnya .Kami m,endapat kematerian Sirah Nabawiah, perjuangan nabi untuk menegakan Dinul Islam.Menurut pemateri, perjuangan menegakkan Negara Islam harus mengikuti pola p[erjuangan Rasululloh, yaitu Amanu Hajaru dan Jahadu, Pola Amanu adalah perjuangan meneghakkan Islam dengan cara dakwah, menyebarluaskan pemahaman Islam yang haq, Hajaru adalah berpindahnya Rasulullah dan klaum muslimin dari Mekkah ke Madinah yaitu sebuah tempat dimana diberlakukannya hokum-hukum Allah.Kemudian jahadu yaitu dimana kaum muslimin bersama pemimpin mereka Rasulullah saat itu berjuang mempertahankan kedaulatan tanah Madinah sebagai Daulah Islamiyah hingga berakhir dengan futtuh Makkah yaitu ekpansi menguasa Makkah.Menurut mereka, itulah pola sunnah yang kita wajib mencontoh pola perjuangan model ini.
Diceritakan bahwa setelah rasulullah wafat, kaum muslimin sempat mengalami fatroh selama tiga hari, Daulah Islam tanpa pemimpin, Kaum muslimin kemudian berkumpul di Saqifahj Bani Sa`adah dan secara aklamasi diangkatlah Abu Bakar sebagai Khalifah (belakang kepalsuan ini terbongkar, bahwa peristiwa Saqifah bukanlah musyawarah seperti yang mereka bilang, tetapi perebutan jabatan khalifah, nanti kita akan buktikan melalui berbagai hadist yang ada).Selanjutnya dikisahkan bahwa setelah wafatnya Rasulullah ini, kepemimpinan Risalah beralih dari Lembaga kepemimpinan Nubuwah menjadi Lembaga kekhalifahan .
Saat forum Tanya jawab, kembali kutanyakan tentang peperangan yang terjadi antar sahabat paca wafatnya rasulullah, lagi-lagi jawaban sang ustadz tudak jauh berbeda dengan jawaban yang dilontarkan Pa Dudi , bahwa keduanya mendapat pahala, kedua fihak sama-sama mendapat pahala .Menurut ustdz bila posisi kita ada pada zaman itu, kita tinggal menggabungkan diri dengan barisan yang menang, karena pihak yang menang dan berkuasa itulah yang naik sebagai khalifah.Lagi-lagi doktrinm ini kupaksakan untuk kuterima, walaupun sebenarnya sulit untuk kufahami, bagaimana mungkin kedua fihak yang saling membunuh benar kedua-duanya.Hadist berikut ini mereka jadikan dalil untuk membenarkan peperangan antar kaum muslimin ,”Barangsiapa yang berijtihad maka baginya bila benar mendapatkan dua pahala, dan bila salah mendapatkan satu pahala.”Sempat terfikir olehku, bagaimana mungkin saling memerangi adalah ijtihad.Menurut akalku bila ada dua fihak yang berperang tidak mungklin kedua-duanya benar, mesti ada satu yang benar dan yang lainnya salah, atau kedua-duanya salah.Tapi biarlah, aku berusaha menerima logika tersebut.
Jam 8 pagi, saat itu masih ada kematerian lainnya, setelah istirahat dan sarapan pagi yang panitya telah siapkan.Saya harus bolos kuliah hari itu demi taat pada perintah pinpinan.Materi berikutnya adalah SPUI (Sejarah Perjuangan Ummat Islam Indonesia) .Pemateri menceritakan bahwa setelah runtuhnya kekhilafahan Usmani pada tahun 1924 , ummat Islam mengalami kekosongan kepemimpinan ( fatroh) .Kemudiaan dikisahkan bahwa Republik Indonesia yang telah merdeka pada tahun 1945 .Negara Islam Indonesia diproklamirkan di daerah yang ditinggalkan oleh TNI (Tentara Nasional Indonesia) ke Jogya. Berdasarkan perjanjian Renville daerah de-facto R.I. pada saat itu hanya terdiri dari Yogyakarta dan kurang lebih 7 Kabupaten saja disekitar Jogja,Maka pada saat tentara Belanda belum memasuki wilayah Pasundan, para wakil Ummat Isl;am di MIAI (Majelias Islam A`la Indonesia ) menuntut Sekarmaji Marijan kartosuwiryo untuk memprokamirkan berdirinya Negara islam.Pada tanggal 7 Agustus 1949
( BERSAMBUNG )
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar